Sisi lain sepak bola
Sepak bola dikenal oleh masyarakat luas sebagai salah satu ajang olahraga yang paling di gemari di dunia. Tak heran perkembangan nya pun sangat pesat. Di sisi lain, sepak bola yang identik dengan ketatnya kompetisi dan persaingan kini mulai dimasuki oleh industri. Hal ini baik bagi kesehatan finansial di bidang ini namun faktanya tak bisa kita pungkiri bahwa industri yang mulai masuk di dunia olahraga cukup mempengaruhi ekosistem yang sudah dibangun sejak dulu.
Sepak bola memiliki kekuatan yang besar
Jika berbicara mengenai sepak bola, ada hal yang tak bisa lepas darinya, yaitu para fans. Keberadaan mereka merupakan salah satu magnet tersendiri yang ada dalam dunia sepak bola, dengan jumlah yang begitu banyak, para fans dapat melakukan apapun yang mereka ingin lakukan, jika mereka ingin melakukan kerusuhan dan kebodohan, fakta di lapangan sudah cukup mudah kita temukan di beberapa portal media. Namun hal tersebut tidak akan terjadi di negara Maroko. Negara yang terletak di bagian Afrika Utara tersebut menganut sebuah sistem kelompok suporter bernama Ultras (Suporter garis keras)
negara yang sistem pemerintahanya berbentuk monarki demokratis tersebut mempunyai beberapa Ultras yang cukup di kenal di dunia dan cukup vocal juga untuk menyuarakan pesan keadilan bagi seluruh golongan.
Arab spring dan dampaknya terhadap sepak bola maroko
Negara dari bek Inter Milan, Achraf Hakimi tersebut, termasuk negara yang mengalami dampak pada saat arab spring melanda sebagian negara arab. Arab Spring merupakan sebuah upaya demokratisasi sekaligus pelengseran rezim otoriter dan ketidakadilan di negara-negara bagian Timur tengah.
Saat negara bagian arab seperti Libya, Yaman, Aljazair, Mesir, Bahrain dan beberapa negara arab lain nya mengalami kondidi arab spring , Ultras dari Maroko juga salah satu yang terkena dampak nya. Setelah adanya aksi bakar diri dari seorang pedagang buah asal Tunisia bernama Mohamed Bouazizi, aksi tersebut merupakan inisiatif Bouazizi sendiri, hal ini terjadi dikarenakan rasa keputusasaan dirinya terhadap aksi protes yang tak di dengar kasus korupsi yang makin merebah di negaranya yang
Penyebab terjadinya arab spring
Ada beberapa faktor kenapa arab spring bisa terjadi di beberapa negara bagian arab, antara lain sebagai berikut :
- Negara negara tersebut telah di pimpin oleh rezim militer selama berpuluh puluh tahun
- Masyarakat arab ingin merubah tatanan yang di nilai telah salah kaprah yang terjadi di sistem sosial, ekonomi, politik dan pemerintahan
- Makin tingginya kesenjangan yang terjadi di lingkungan masyarakat arab
- Semakin sulitnya keadilan dan kebebasan berpendapat di beberapa negara bagian arab
Setelah kejadian pembakaran diri, gelombang semangat dari para rakyat untuk segera melengserkan penguasa yang rakus mulai menyebar di berbagai negara arab, bahkan terdengar hingga telinga para pimpinan Ultras di maroko, mulai saat itu juga para anggota Ultras Maroko menggunakan stadion sebagai wadah untuk menyampaikan seluruh keluh kesahnya, contohnya melalui spanduk, koreografi di stadion, bendera bahkan berbentuk sebuah lagu atau chants yang sangat sarkas.
Hal-hal kotor dan korup yang terjadi di dalam perpolitikan Maroko nampaknya mulai merambah ke sektor sepak bola. Hal ini cukup mengerikan, dalam banyak kasus tercatat bahwasanya politik dan sepak bola jika di campur akan menyebabkan sebuah hasil yang cukup tragis, bahaya politik yang masuk ke dalam tubuh sepak bola dapat anda simak di KETIKA SEPAK BOLA MENJADI ALAT POLITIK
Mungkin di fikiran kita sebagai penggemar sepak bola Indonesia masih ingat betul saat kompetisi Liga Indonesia mengalami dualisme pada jaman kepengurusan Nurdin Halid sebagai ketua PSSI. Atas hal tersebut salah satu Ultras terbesar Maroko, Green Boys meluapkan rasa kekecewaan nya di tribun stadion. Di setiap Raja Casablanca bermain selalu ada pesan terselip yang mereka sampaikan kepada penguasa. Hal tersebut membuat bumbu kompetisi sepak bola di Maroko menjadi lebih seru.
Kemenangan pihak ultras atas si penguasa
Hingga saat ini nuansa politik dan sepak bola terlihat masih cukup mesra, Ultras sendiri lahir pada sekitar tahun 1960 an melalui para pemuda yang berdemonstrasi di Italia menuntut kejelasan hal tentang politik. Mengenai kemenangan Ultras melawan penguasa tampaknya cukup banyak terjadi di berbagai belahan dunia tapi semuanya kurang terlalu familiar di telinga kita
Namun ada satu cerita kemenangan yang cukup teringat di dalam memori bahwasanya Mesir pernah mengkudeta penguasanya yakni Husni Mubarak dengan cara menyatukan masyarakat dengan Ultras. Izinkan saya mengutip salah satu quotes dari seorang penggila bola dan sekaligus pimpinan dari golongan kiri terkemuka yakni Che Guevara, dikutip dari sport.detik.com
“Football It’s not just a simple game. It’’ a weapon of the revolution,“
Sahabat dari presiden pertama Indonesia tersebut mengatakan bahwasanya sepak bola bukan hanya sekedar permainan semata, jauh lebih dari itu, ia bisa menjadi senjata untuk melakukan revolusi. Berbeda dengan suporter bola Indonesia, di Negri Fir’aun Ultras bergerak secara independen.
Pada tahun 2010 saat Arab spring terjadi di beberapa negara arab termasuk juga Mesir, para Ultras besar Mesir ikut serta dalam hal Revolusi 25 Januari bersama jutaan masyarakat turun ke jalan dengan tujuan yang sama, yaitu menggulingkan kekuasaan Husni Mubarak. Para Ultras berfungsi sebagai pelindung pertama bagi para masyarakat yang berdemo menuntut Husni mundur jika aparat di turunkan oleh sang penguasa.
Alhasil setelah tiga puluh tahun berkuasa, Husni mampu di gulingkan. Ultras bersama jutaan masyarakat Mesir menang.