Kemilau sinar dari legenda Bulutangkis tunggal putri Indonesia ini memang tak akan pernah padam.
Kisah heroik yang di lakukan Susi Susanti pada gelaran Olimpiade Barcelona 1992 mempunyai kenangan tersendiri di hati para penggemar. Pasal nya Susi menjadi atlet Indonesia pertama yang mampu meraih emas diajang Olimpiade. Uniknya Bersama dengan Alan Budikusuma (suaminya), mereka berdua berhasil mengawinkan emas Olimpiade. Emas yang di dapat Alan hanya berjarak beberapa jam setelah Susi
Prestasi tersebut membuat nama nya menjadi idola baru di bumi Ibu Pertiwi. Bahkan sutradara Sim F membuatkan film tentang kisah hidup sang juara Olimpiade Barcelona tersebut. Film ini di produseri oleh Daniel Mananta berjudul Susi Susanti: Love All
Masa kecil Susi Susanti
Lucia Francisca Susy Susanti Haditono (Ong Lien Hiang), itulah nama lengkap Susi Susanti. Ia lahir di Tasikmalaya pada 11 Februari 1971 dari orang tua Risad Haditono dan Purwo Banowati. Bakat Susi di Bulutangkis sudah tercium sejak ia duduk di sekolah dasar, Susi kecil telah bermain Bulutangkis. Kebetulan, orang tuanya juga memiliki latar belakang Bulutangkis, sehingga mereka sangat mendukung bahkan mengarahkan Susi agar mau berlatih dengan serius. Saat Susi menginjak usia sekitar 7 tahun, Susi kecil bergabung dengan klub Tunas Inti di kota kelahirannya, Tasikmalaya. Jawa Barat. Semenjak itu, Susi sering menjadi juara di beberapa turnamen tingkat junior di daerahnya.
Saat memasuki usia sekitar 14 tahun, ia berhasil sabet gelar Juara World Championship Junior pada 1985. Kemudian pada 1987, dirinya kembali berhasil menjuarai turnamen yang sama di nomor tunggal dan ganda putri. Ia meraih 5 kali juara junior tingkat dunia. Penampilan yang luar biasa
Dengan dukungan dari pihak keluarga, Susi ingin serius menjadi atlet Bulutangkis. Akhirnya Susi pindah dari Tasikmalaya ke Jakarta. Meskipun saat itu dirinya masih duduk di bangku kelas 2 SMP, ia sudah mulai berpikir ingin menekuni Bulutangkis dengan serius. Di Jakarta, Susi bergabung dengan klub Jaya Raya, dirinya juga melanjutkan karir belajar nya di sekolah khusus untuk atlet, yakni diklat Ragunan. Sejak saat itu, seluruh kegiatan Susi otomatis berbeda dari kebanyakan remaja lain karena, ia menetap di asrama dan bersekolah di sekolah yang khusus untuk atlet.
Masa remaja
Masa remaja Susi sibuk dihabiskan di dalam arena latihan, jadwal latihan seseorang yang benar-benar ingin menjadi atlet sangat amat padat. Dirangkum dari Brainly.co.id
Susi menjalani program latihan yang sangat ketat. Dalam seminggu Susi hanya libur di hari Minggu. Senin-Sabtu dari jam 7 pagi hingga 11, kemudian lanjut lagi pada 3 sore hingga 7 malam. Peraturan asrama terbilang cukup ketat. Makan, pola tidur, bahkan pakaian pun ada aturan nya tersendiri. Seperti halnya para penghuni asrama tidak diizinkan mengenakan sepatu yang ber hak tinggi, supaya agar terhindar dari kemungkinan kaki terkilir. Susi dan para penghuni asrama yang lain hanya bisa pergi keluar pada hari Minggu. Terkadang itu juga jarang ia lakukan karena badan terasa sangat letih.
Torehan prestasi
Torehan prestasi Susi Susanti terbilang sangat luar biasa, selama berkarir ia telah mengoleksi banyak gelar bergengsi, antara lain:
Juara World Championship Junior 5 kali 1985. Emas SEA Games 1987, 1989, 1991, 1995, 1997 (beregu). Juara Indonesia Open 1989, 1991, 1994, 1995, 1996, dan 1997. Juara All England 1990, 1991, 1993, dan 1994. Juara Australia Open 1990. Juara China Taipei Open 1991, 1994 dan 1996 Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992. Medali Perunggu Asian Games 1990, dan 1994 Medali Perunggu Olimpiade Atlanta 1996 Juara World Championship 1993. Juara World Cup 1989, 1990, 1993, 1994, 1996, 1997. Juara World Badminton Grand Prix 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, dan 1996. Juara Malaysia Open 1992,1993, 1994, 1995, dan 1997. Juara Japan Open 1991 1992, 1994, dan 1995, Juara Korea Open 1995, Juara Dutch Open 1993, 1994. Juara German Open 1992, 1993 1994, Juara Denmark Open 1991 dan 1992. Juara Thailand Open 1991, 1992, 1993, dan 1994. Juara Swedish Open 1991 1992. Dan terakhir Juara Vietnam Open 1997
Kini sang juara telah pensiun dari dunia Bulutangkis, dirinya kini memilih fokus mengurus rumah tangga, dengan ditemani sang suami, Susi membangun jaringan bisnis yang bernama Astec, singkatan dari Teknologi Alan-Susi yang bergerak dibidang peralatan olahraga khususnya Bulutangkis, serta sejumlah pakaian olahraga. Tahap produksi dan sebagainya diawasi sendiri olehnya. Pada mula nya mereka mencoba produk itu ke teman terdekat mereka, untuk mengetahui apakah produk layak di edarkan atau tidak. Hanya setelah itu, produk tersebut berhasil dipasarkan hingga sekarang.