API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Sepak terjang “Muhammad Ali” petinju tersukses di abad 20 an

Muhammad Ali merupakan mantan petinju profesional yang memiliki dampak signifikan di dalam maupun luar ring. Meskipun terkadang kontroversial namun ia juga merupakan sosok yang inspiratif, Ali terkenal dengan sifatnya yang lantang menyuarakan hak hak warga sipil. Hal tersebut membuat ia dicintai oleh banyak orang, Ali lahir pada tanggal 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Kendati demikian takdir berkehendak lain, Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada 3 Juni 2016 di Scottsdale, Arizona, Amerika serikat. Meski dirinya sudah tiada namun, semua capaian dan prestasi yang ia ukir akan senantiasa dikenang oleh para penikmat tinju dunia. Termasuk saya sendiri.

Ali masih merupakan satu-satunya petinju yang berhasil meraih tiga gelar juara di kelas berat, terbanyak dari petinju manapun. Semua itu terjadi pada tahun 1964, 1974 dan 1978.

Masa kecil Muhammad Ali

Muhammad Ali lahir dengan nama Cassius Marcellus Clay, Jr. Namun setelah berenjak dewasa ia mengubahnya, menurutnya nama Cassius Clay mempunyai arti yang kurang baik, nama tersebut mengandung ketidaksetaraan ras yang sampai sekarang masih menjadi isu yang cukup sensitif di Amerika serikat. API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Seperti dikutip dari laman kompas.com ia mengatakan:

“Cassius Clay itu nama budak. Saya tidak memilih nama itu saya juga tidak menginginkannya,” ucap Ali seperti dikutip BolaSport dari The Guardian pada 1964.

Awal karir Muhammad Ali

Cerita tentang dirinya kehilangan sepeda adalah awal terbentuknya ia menjadi seorang petinju. Cerita itu bermula pada saat sepeda Ali dicuri oleh seseorang, kemudian ia mengadu kepada polisi setempat bahwasanya sepedanya telah dicuri, dan ia ingin menangkap sang pelaku dan menghajarnya. Tak di sangka, ternyata sang polisi tersebut merupakan seorang pelatih tinju di pusat kebugaran anak anak di daerah setempat.

Singkat cerita, Ali di latih oleh polisi tersebut, sampai akhirnya pada tahun 1954 Ali melakukan pertandingan amatir pertamanya, pertandingan tersebut hanya berlangsung selama tiga menit dan ia berhasil memenangkan nya. Perkembangan Ali mendapat pujian positif dari sang pelatih, lima tahun setelah itu karir Ali mulai merangkak naik.

Pada tahun 1960 dirinya masuk ke dalam tim Amerika untuk bertanding di Olimpiade Roma, hasilnya pun tergolong sangat memuaskan. Dirinya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan petinju asal Polandia, Zbigniew Pietrzykowski difinal kelas berat ringan. API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

 

 

 

 

Masa kejayaan Muhammad Ali

Masa kejayaan petinju berjuluk “The Greatest”  itu terus berlanjut, empat tahun setelah dirinya mendapatkan medali emas Olimpiade Roma, tepatnya pada 1964. The Greatest berhasil mengalahkan petinju kelas berat dunia bernama Sonny Liston di ronde ke tujuh. Yang spesialnya lagi ialah, torehan tersebut ia capai ketika dirinya baru menginjak usia 22 tahun.

API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Hal ini menjadi gelar pertamanya di kelas tersebut.

Setelah pertandingan yang melelahkan, Ali dan tim bermalam disebuah hotel kawasan Miami, ia bermaksud untuk merayakan kemenangan yang bersejarah ini. Perayaan ini dihadiri oleh seorang aktivis HAM yang juga merupakan seorang tokoh muslim Afrika-Amerika ia adalah Malcom X.

Dua hari setelah merayakan kemenangan bersejarahnya dan pertemuan dengan Malcom X, Ali secara terang terangan mendeklarasikan ke publik bahwasanya dirinya telah berganti kepercayaan.

Ali memilih Islam sebagai agama nya. Di tahun yang sama Ali baru mengetahui bahwa nama Clay adalah nama keturunan seorang budak dari Kentucky yang melarikan diri. Setelah mengetahui asal muasal nama tersebut, dan setelah memilih Islam sebagai agama nya, ia memutuskan bergantii nama dan Muhammad Ali menjadi pilihan nya.

Seperti Dikutip dari Kompas.com Ali menjelaskan:

“Saya Muhammad Ali, sebuah nama yang bebas. Arti nama ini adalah kekasih Tuhan.”

“Sehingga saya meminta kepada semuanya untuk memanggil saya menggunakan nama itu juga ketika berbicara tentang saya,” katanya melanjutkan.

Masa sulit The Greatest

Setelah menghebohkan dunia tinju terkait dengan bergantinya nama dan kepercayaan, Ali sempat terjerat hukum di Amerika terkait penolakan nya untuk mengikuti wajib militer, dalam hal ini terkait wajib militer warga Amerika terhadap wacana perang terhadap Vietnam, dirinya dihukum lima tahun penjara namun setelah mengajukan banding akhirnya ia dibolehkan bebas.

The Greatest kembali ke ring pada tahun 1970 menghadapi sesama petinju Amerika Jerry Quarry. Ali sukses meraih kemenangan.

Ditahun berikutnya ia merasakan pil pahit setelah dikalahkan untuk pertama kali nya oleh Joe Frazier. Dalam pertandingan yang bertajuk “The Fight of the Century”

API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Laga sengit dan keras ini berlangsung dalam lima belas ronde. Dikatakan dalam sebuah wawancara Ali mengakui bahwasan nya Joe adalah salah satu lawan terberat yang pernah ia hadapi.

Masa Kebangkitan The Greatest

Tiga tahun kemudian pertandingan jilid II Ali melawan Joe Frazier digelar, laga tersebut berjalan sampai dua belas ronde dengan hasil akhir Ali keluar sebagai pemenang. API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Pada usia nya yang ke 32 Ali kembali mengukir sejarah saat dirinya berhasil menjuarai tinju kelas berat untuk ke dua kalinya, setelah mengandaskan perlawanan George Foreman dalam laga yang bertajuk “Rumble in the Jungle”

API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Tak ingin membuang banyak waktu di masa emas nya, setahun kemudian tepatnya pada 1 Oktober 1975 pertandingan jilid III Ali melawan Joe Frazier digelar. Bertempat di Araneta Coliseum Quezon, Filipina. Pertandingan itu bertajuk “Thrilla in Manila”

Pertarungan ini menjadi akhir dari trilogi Ali versus Joe Frazier. Sebagian pengamat tinju dunia bahkan berpendapat bahwasanya laga ini adalah laga terbaik sepanjang sejarah tinju dunia, pertandingan ini tergolong brutal. Laga ini tak hanya beradu secara fisik melainkan juga mental, Ali tampil diawal laga dengan sangat aggresif, alhasil ia unggul poin di awal awal ronde, agresifitas Ali tak juga mengendur, di ronde ke tiga Ali tak hanya menghujani Joe dengan pukulan melainkan juga secara verbal.

API YANG TAK PERNAH PADAM BERNAMA MUHAMMAD ALI

Tensi pertandingan semakin tinggi setiap bertambahnya ronde, singkatnya, dengan semua hiruk pikuk kekacauan yang terjadi pada laga tersebut, keluarlah nama Muhammad Ali sebagai pemenangnya, Ali berhasil mengandaskan seteru abadinya tersebut dengan KO di ronde ke empat belas, setelah tim kepelatihan Joe menghentikan pertandingan lantaran mata sebelah kiri Joe Frazier terluka parah hingga membuat Joe tak bisa melihat. Kemenangan ini membuat Ali unggul 2-1 dalam trilogi melawan Joe Frazier. 

Ali mengatakan saat laga trilogi jilid III berlangsung, dirinya merasa dekat sekali dengan kematian. Setelah kemenangan di Filipina, tepatnya pada Februari 1978 Ali harus merelakan gelarnya setelah dikalahkan oleh Leon Spinks petinju yang dua belas tahun lebih muda dari nya.

Kisah penutup “Muhammad The Greatest Ali”

Bukan Muhammad Ali namanya jikalau jatuh tak berusaha bangkit lagi, Perlu waktu delapan bulan, tepatnya pada 15 September 1978, Ali berhasil membalas kekalahan nya terhadap Leon Spinks. 

Bagi Ali gelar juara tersebut sekaligus mengukuhkkan dirinya sebagai pemilik gelar terbanyak di kelas berat tinju dunia berjumlah, tiga gelar.