Rudy Hartono semasa kecil
Rudi Hartono
Rudy Hartono lahir pada tanggal 18 Agustus 1949 seorang anak laki-laki lahir dari pasangan Zulkarnain Kurniawan dan Endang Suryaningsih.
Bayi mungil itu diberi nama Nio Hap Liang, yang kemudian dikenal sekarang dengan nama Rudy Hartono.
Rudy kecil sangat gemar akan hal yang berhubungan dengan olahraga, banyak cabang olahraga yang ia mainkan, seperti berenang, bola voli dan tentunya sepak bola. Namun tetap saja, Bulu tangkis yang menjadi pilihan utama nya. Sedari kecil ayah Rudy mendidik nya dengan keras,
Rudy tertarik Bulu tangkis setelah melihat pemain tunggal putra Indonesia Tan Joe Hok meraih gelar All England pertama kali nya.
Setelah melihat Tan Joe Hok berhasil menjadi putra pertama asal Indonesia yang menjuarai All England, motivasi Rudy menjadi atlet Bulu tangkis semakin besar, ia kemudian dilatih oleh ayah nya yang juga merupakan mantan pemain Bulu tangkis kelas utama di Surabaya. Melalui pola latihan yang di rancang sendiri oleh ayahnya Rudy memulai awal kisah hidupnya.
Ini semua berawal ketika ia berusia delapan tahun. Rudy kecil berusia delapan tahun tersebut selalu bangun pada pukul lima pagi,
Dengan di dampingi sang ayah yang menaiki sepeda, dan udara dingin yang masih menyelimuti badan, anak berusia delapan tahun tersebut mulai melakukan lari dimulai dari satu kilometer, perlahan lahan hingga mencapai sepuluh kilometer. Hingga ia akhirnya sanggup mencapai sepuluh kilometer dalam waktu satu jam. Selama sepuluh tahun ia di didik oleh sang ayah untuk mengawali pagi dengan sarapan seperti ini.
Selama menjalani sesi latihan, sang ayah selalu memberikan dukungan penuh kepada nya. Dikutip dari tribunnews.com
“Semangat hidup paling penting apapun masalahnya. Saya di didik bagaimana supaya juara, juara itu sempurna. Kalau kamu mau juara punya komitmen. Saya sukses karena mau juara. Saya, tidak pernah berhenti sebelum juara dunia. Lakukan dengan senang hati,” kenang Rudy.
Rudy Hartono di masa remaja
Masa remaja Rudy Hartono di habis kan dengan metode latihan demi latihan yang telah di berikan oleh sang ayah, menginjak usia sebelas tahun, sang ayah memasukan Rudy ke sekolah Bulu tangkis yang ia dirikan sendiri, yakni Asosiasi Bulu tangkis Oke. Yang ia dirikan pada tahun 1951. Disana lah Rudy di latih lebih mendalam mengenai hal hal yang tejadi di dalam pertandingan dan teknik yang benar dalam bertanding.
Setelah ia menimba ilmu beberapa waktu di sekolah milik ayahnya tersebut, Rudy memutuskan untuk bergabung dengan klub yang cukup sering melahirkan bibit unggul dalam dunia Bulu tangkis, Rajawali Group.
Singkatnya, Rudy berhasil bergabung dengan tim kepelatihan nasional pada akhir tahun 1965 untuk gelaran kejuaraan Thomas Cup. Kemampuan Rudy meningkat setelah ia bergabung dengan tim nasional, pada gelaran Thomas Cup tahun 1967 saat Indonesia menjadi juara, Rudy termasuk di dalam nya. Setahun kemudian Rudy berhasil meraih apa yang ia cita-cita kan, ia menjadi juara All England di usia delapan belas tahun. Dengan gaya main yang terkenal kuat dan cepat, dan juga serangan yang mematikan pertahanan lawan, Rudy kemudian dijuluki “Wonderboy”
Rudy Hartono di masa dewasa sekaligus puncaknya
Di masa-masa ini lah si Rudy “Wonderboy” Hartono memanen hasil dari semua jerih payahnya sedari kecil, dimulai dari gelar All England pertama nya di usia delapan belas tahun pada tahun 1968. Hebatnya lagi, tujuh dari delapan gelar All England milik Rudy Hartono ia dapatkan secara berturut-turut.
Gelar ke delapan All England yang sekaligus mencatatkan nama nya di Guinness Book of Record ia peroleh setelah mengalahkan Liem.
Namanya yang mentereng sebagai tunggal putra pemegang gelar All England terbanyak nampaknya akan sulit di rebut oleh tunggal putra saat ini. Rekornya pun sebagai pemain termuda yang bisa meraih gelar All England juga nampaknya akan masih sulit di tandingi.
Prestasi Rudy “wonderboy” Hartono tidak sampai disini. Saat cabang Bulu tangkis menjadi cabang ekshibisi di Olimpiade Munich 1972 ia berhasil menjadi yang terbaik, alhasil meraih emas. Penampilan mengagumkan Rudy berlanjut di tahun 1980 ketika ia berhasil menjadi juara dunia tunggal putra yang digelar di Istora senayan.
Selain gelar individu, Rudy juga berhasil mempersembahkan gelar bergengsi di kelompok beregu lewat ajang Thomas cup sebanyak empat kali tepatnya terjadi pada tahun 1970, 1973, 1976, dan terakhir 1979 yang di gelar di Jakarta. Prestasi yang telah diukir Rudy Hartono selanjutnya adalah memborong dua puluh tiga gelar juara turnamen dunia di tiga nomor berbeda.
Kini sang legenda sudah menginjak usia ke tujuh puluh satu tahun, tugasnya sebagai seorang atlet yang berjuang untuk Merah putih telah tuntas. Namun semua pengorbanan dan perjuangan untuk bangsa dan negara tak akan pernah kita lupakan.
Sekali lagi, Terimakasih Rudy “Wonderboy” Hartono