Si Flamboyan bernama Taufik Hidayat
Flamboyan, Itulah julukan nya. Taufik Hidayat merupakan salah satu legenda bulutangkis tunggal putra Indonesia yang mempunyai segudang prestasi.
Taufik lahir pada 10 Agustus 1981 dari buah hati pasangan bernama Enok Dartilah dan Aries Haris.
Saat dirinya masih aktif bermain, Taufik terkenal dengan gaya main yang kuat dalam bertahan, tenang dalam mengontrol jalan nya pertandingan, juga seorang yang kalem. Namun semuanya itu berubah ketika ia melancarkan serangan, sekali ia melancarkan serangan, poin pun ia dapatkan. Karena berbagai hal tersebut, ia dijuluki dengan “The Flamboyan”
Taufik Hidayat adalah simbol dari keindahan permainan bulutangkis. Saat raketnya mulai di ayunkan disitulah penikmat bulutangkis akan mulai terbius oleh keindahan permainan nya. Keberhasilan nya meraih banyak gelar dan dikenal oleh para penikmat bulutangkis tak semata mata mudah ia dapatkan.
Gaya main
Taufik Hidayat dikenal oleh para pendukungnya dengan pukulan backhand smash. Pukulan ini dilakukan dengan cara memukul shuttlecock menggunakan raket bagian belakang. Melalui pukulan inilah ia banyak mendulang poin krusial, contoh kecil pada saat babak perempat final gelaran kejuaraan Dunia BWF 2010, yang mana Taufik mampu mengandaskan unggulan pertama kala itu yakni Lee Chong Wei dalam pertandingan tiga set.
Gaya main yang indah ini membuat dirinya dijadikan idola oleh banyak orang, termasuk juga salah satu pemain tunggal putra India, Prannoy H S. dikutip dari antaranews.com
Prannoy mengungkapkan setelah pertandingan di Indonesia Terbuka 2017 bahwasanya ia menganggap Taufik Hidayat adalah mentor nya dalam bermain bulutangkis, Prannoy mengaku dirinya selalu mengikuti pertandingan sang idola. Dan karena Taufik juga ia termotivasi untuk menjadi atlet bulutangkis top dunia.
Torehan prestasi
Taufik Hidayat merupakan salah satu pemain bulutangkis yang sangat bisa diandalkan oleh Indonesia dalam hal meraih gelar di sektor individu maupun regu. Bahkan saat usia nya baru menginjak 18 tahun, pada gelaran All England 1999 di Birmingham, Inggris. Ia telah sampai pada final All England, yang mana All England adalah ajang yang bisa dibilang prestius. Kendati demikian di partai final ia dikalahkan oleh pemain senior asal Denmark, Peter Gade dengan rubber game.
Kemudian ditahun berikutnya di ajang yang sama, ia bahkan menumbangkan dua pemain unggulan Tiongkok, namun lagi lagi hasil akhir berkehendak lain, di partai final ia kembali menelan pil pahit. Kali ini ia dikalahkan oleh pemain asal negri tirai bambu, Xia Xuanze.
Namun, setelah menjalani beberapa pertandingan final dengan hasil yang tak memuaskan, nampaknya prestasi sang Flamboyan mulai terlihat,
Selanjutnya, Pemain yang mampu mencatatkan pukulan backhand smash yang mencapai 206km/jam ini mampu meraih dua medali emas di ajang Sea Games terjadi pada tahun 1999 di Filipina dan 2007 di Thailand. Taufik juga merupakan salah satu anggota Timnas bulutangkis beregu putra yang berhasil menjuarai ajang Thomas Cup sebanyak dua kali, yakni pada tahun 2000 di Kuala lumpur, dan 2002 di Ghuangzou.
Pemain asal Jawa Barat tersebut kembali menorehkan catatan gemilangnya setelah berhasil keluar sebagai juara di ajang Kejuaraan Asia sebanyak tiga kali, terjadi pada tahun 2000 di Jakarta, 2004 di Kuala Lumpur, dan 2007 di Johor Bahru.
Kemudian di ajang Asian games dirinya mampu meraih tiga emas untuk kontingen Indonesia, satu emas di persembahkan melalui sektor beregu putra pada 1998 Bangkok, dua emas lainnya ia dapatkan dari sektor individu tunggal putra pada tahun 2002 di Busan dan 2006 Doha.
Catatan prestasi si flamboyan tak sampai disitu saja, pada gelaran Kejuaraan Dunia IBF pada 2005 di Anaheim, Amerika serikat. Dirinya mampu mengalahkan deretan pemain top tunggal putra dunia seperti hal nya Lee chong wei, Peter Gade, bahkan Lin Dan berhasil ia kalahkan di partai final. Alhasil, medali emas mampu ia bawa pulang ke tanah air.
Puncak dari semua gelar yang ia raih adalah, saat dirinya mampu mempersembahkan medali emas untuk bangsa Indonesia di Olimpiade musim panas Athena 2004.
Yang menjadi lebih spesialnya lagi adalah, emas yang Taufik persembahkan untuk Indonesia merupakan satu satu nya emas yang diperoleh kontingen Indonesia selama mengikuti pesta olahraga terbesar di dunia tersebut. Di parati final ia mengalahkan wakil dari Korea selatan Shon Seung Mo dengan dua set langsung 15-8, 15-7.
Akhir perjalanan karier si “Flamboyan”
Setelah kita disugukan oleh perjalanan karier selama beberapa tahun dengan banyak aksi yang membuat kita bangga terkadang juga tangis haru, akhirnya perjalanan itu sudah sampai pada ujungnya. Setiap pertemuan pasti akan datang sebuah hal bernama perpisahan. Kini pemain bulutangkis yang berjuluk “The Flamboyan Man” tersebut telah memutuskan untuk gantung raket, tepatnya pada tahun 2013 di usia nya yang ke 32 tahun, dirinya memutuskan keputusan terberat dalam perjalanan karier nya sebagai seorang atlet.
Indonesia Open 2012 dipilih sendiri oleh sang legenda tunggal putra Indonesia tersebut. Ajang ini adalah ajang yang menjadi akhir dari segala pertandingan yang telah ia lalui, di pertandingan terakhirnya, ia tak ingin di kasih beban untuk menjadi juara.
Penutup
Di akhir tulisan ini, tampaknya kita harus berterimakasih kepada legenda tunggal putra Indonesia Taufik Hidayat, atas apa yang ia perjuangkan untuk bangsa ini. Dengan segala jerih payahnya ia berhasil mengibarkan sang Merah Putih di tiang tertinggi.
Akhir kata, Terimakasih atas segala perjuanganmu untuk bangsa dan negara ini.
Engkau adalah legenda.